Where innovations meets livestock

Products

 

Suhu dan kelembaban di Indonesia dalam 24 jam sangat menciri sekali, terutama di mana pada saat tengah malam menuju dini hari suhu cukup rendah dan biasanya disertai kelembaban yang cukup tinggi. Hal inilah yang menyebabkan secara normal kandungan air pada jagung di Indonesia sudah cukup tinggi. Sehingga ecara normal pula mengandung jamur dan toxin.

 

 

Salah satu trial pengikatan toxin di pakan untuk jenis mycotoxin Aflatoxin B1, B2, G1 dan G2, dengan  penggunaan zeolite dan bentonite berhasil mengikat atau mengabsorpsi secara total (Grafik 1). Memperkenalkan “Toxibreak”, Toxin binder berbasis Silicat oksida (SiO2) dan Aluminium oksida (Al2O3), Asam propionate, beserta Yeast Cell Wall  mampu menyerap dan meminimalisir konsentrasi beberapa jenis Aflatoxin secara in vitro di pakan secara signifikan.


Di bawah ini akan kami jelaskan secara terpisah fungsi spesifik zeolite, bentonite dan asam propionate:

 

Grafik1. Potensi kombinasi Zeolite dan Bentonite dalam menyerap aflatoxin (B1,B2,G1,G2) dari beberapa bahan pakan

 

Dari grafik di atas menunjukan bahwa Toxibreak mampu menyerap seluruh jenis aflatoxin secara signifikan.


Penggunaan Zeolite Dalam Ransum Ternak
Dengan mengetahui salah satu sifat Zeolite yang mampu sebagai Imbuhan Pakan Ternak. Maka penggunaan Zeolite dalam ransum ternak juga mempunyai manfaat tersendiri. Antara lain:

  1. Zeolite merupakan mineral mikro yang dapat digunakan dalam ransum sebagai sumber mineral. Kelompok mineral ini merupakan kelompok mineral yang berasal dari logam-logam alkali dan alkali tanah (sodium, potassium, magnesium, kalsium).
  2. Zeolite juga dapat mengurangi pengaruh aflatoksin pada pakan yang diberikan pada itik dewasa. Hasil penelitian lain juga menunjukan bahwa pemberian zeolit pada pakan itik yang disimpan selama 6 minggu teryata hanya sedikit menaikkan kadar aflatoksin, sementara kadar gizinya tidak mengalami penurunan.
  3. Menurunkan Produksi Amonia.

Amonia merupakan gas yang diproduksi oleh ternak sebagai hasil penguraian asam urat atau urea oleh mikrobia . gas ini merupakan salah satu gas penyebab pencemaran lingkungan oleh ternak. Selain itu masih banyak gas lain yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap . Pemberian Zeolite ternyata mampu menurunkan prduksi gas amonia ini. Selain itu , kotoran yang dihasilkan ternak menjadi lebih kering dan tidak berbau .Oleh sebab itu , pemberian zeolite sebagai pakan suplemen dapat mengurangi pencemaran akibat kegiatan peternakan . Zeolite juga dapat ditaburkan ke alas kandang ( litter) sehingga gas amonia terbentuk dapat ditangkap oleh oleh zeolit . Selain pemberian zeolite , ventilasi yang baik juga sangat signifikan dalam menurukan bau kandang, Turunnya produksi gas amonia ini tentu saja akan meningkatkan kesehatan ternak dan peternak serta manusia disekitar lokasi kendang.

 

Gambar:  Foto kandang dengan status kondisi feses yang berbeda (basah dan kering)

 

Gambar:  Status ammonia sebelum pemakaian dan 1 bulan setelah pemakaian menunjukan penuruan level ammonia sebesar 10ppm

 

Grafik2. Potensi kombinasi Zeolite dan Bentonite dalam menyerap aflatoxin (B1,B2,G1,G2) dari beberapa bahan pakan

 

Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia batas maksimal kadar aflatoxin berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3929-2006) pada ransum pakan ayam petelur/layer batas maksimal adalah 50 ppb untuk layer starter dan layer grower , dan 60 ppb pada masa layer. Pada pakan puyuh batas maksimalnya 40 ppb, dan 20 ppb pada itik. Sedangkan pada ransum konsentrate sapi perah dan sapi potong maksimal 200 ppb (ppb : mcg/kg)

 

Sekilas tentang Asam Propionate (Propionic acid)
Asam propionat atau Propionic acid (PA) adalah fungisida dan bakterisida untuk mengendalikan jamur dan bakteri pada biji-bijian yang disimpan, seperti halnya jagung, tempat penyimpanan biji-bijian, kotoran unggas, dan air minum untuk ternak dan unggas. Uni Eropa (UE) mensertifikasi PA sebagai pengawet biji-bijian terbaik dan paling efisien dalam mengendalikan Salmonella dan patogen lainnya. Baru-baru ini digunakan sebagai bahan tambahan pakan pada produksi unggas dan non-ruminansia. Tingkat inklusi PA yang sesuai adalah 0,2 hingga 0,4% yang dapat meningkatkan performa unggas secara keseluruhan. Efek pengawet PA disebabkan oleh efek antibakteri dan penghambatan jamur. Sifat bakteriostatik yang tinggi dari PA disebabkan oleh aktivitas penurunan pH baik dalam pakan maupun saluran pencernaan melalui tindakan farmakogenik pada mikroflora. Asam propionat A dengan pemacu pertumbuhan, peningkatan kesehatan dan efek antimikroba telah terbukti menjadi alternatif yang efektif terhadap pemacu pertumbuhan antibiotik dalam produksi pangan hewani.

 

Grafik 3. Pertumbuhan jamur di beberapa bahan pakan ayam

Gambar 3. Ilustrasi asam propionate

 

Dari grafik 3 di atas menunjukan bahwa preparate asam propionate (propionic acid) di dalam Toxibreak sangat berpengaruh dalam menurunkan pertumbuhan jamur / kapang.

 

Sebagai penutup tulisan ini dapat disimpulkan bahawa penggunaan “Toxibreak” yang berbasis Silicat oksida  dan Aluminium oksida ini dapat meningkatkan produktivitas ternak serta menurunkan pencemaran yang ditimbulkan hasil kegiatan peternakan, seperti halnya ammonia, bau kotoran, wet dropping dan lain lain. Selain itu hingga saat ini belum ditemukan akibat negatif penggunan zeolite

 

Sekilas Tentang Yeast, MOS (Mannan Oligosacarida) dan ß-glukan.
Yeast merupakan komponen alami yang berasal dari Saccharomyces cerevisiae. Bahan utamanya yang efektif adalah β-glukan dan Mannan Oligosakarida. Keduanya dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memblokir bakteri patogen, dan mengikat mikotoksin (terutama Zearalenon).


Dinding sel ragi, yang biasa disebut MOS, banyak digunakan oleh industri pakan sebagai pengganti antibiotik alami. Dinding sel ini kaya akan 2 polisakarida fungsional dengan khasiat yang diketahui dapat meningkatkan kesehatan: mannan oligosakarida (MOS) dan ß-glukan.

 

MOS dan β-glukan memiliki cara kerja berbeda yang mendasari manfaat kesehatannya. MOS mengikat patogen usus, sehingga membatasi kolonisasi patogen di saluran usus. Sebaliknya, β-glukan merupakan modulator respons imun bawaan, yang mengaktifkan sel-sel fagosit yang selanjutnya meningkatkan kemampuannya untuk melawan patogen. Selain itu, β-glukan ragi mengikat mikotoksin. Struktur ruang khusus pada dinding sel ragi menyediakan banyak tempat pengikatan untuk berbagai racun, gaya antarmolekul seperti ikatan hidrogen dan gaya Van der Waals dapat membantu memperkuat pengikatan dan membentuk kompleks polisakarida-toksin, yang mencegah penyerapan mikotoksin.


Meskipun secara umum dianggap bahwa semua dinding sel ragi diproduksi oleh autolisis (lisis sel utuh oleh enzim ragi sendiri), pada kenyataannya semakin banyak dinding sel ragi yang diproduksi oleh hidrolisis. Dalam proses hidrolisis, penambahan protease eksogen tidak hanya mengakibatkan lisis ragi, tetapi juga mengakibatkan hidrolisis mannoprotein yang ada di bagian luar sel ragi. Karena mannoprotein yang terhidrolisis larut, mereka tidak lagi berakhir di fraksi dinding sel ragi yang tidak larut setelah sentrifugasi. Oleh karena itu, kandungan MOS dari dinding sel ragi yang terhidrolisis sekitar 50% lebih rendah daripada dinding sel ragi yang diautolisis. Dinding sel ragi yang mengalami autolisis mengandung MOS di bagian luar, sedangkan dinding sel ragi yang mengalami hidrolisis mengandung campuran MOS dan β-glukan di bagian luar.


Sekitar 1.000 makalah ilmiah telah membuktikan manfaat dinding sel ragi dalam peternakan dan akuakultur, dan telah menunjukkan bahwa suplementasi makanan mereka meningkatkan kesehatan dan kinerja hewan. Bebera fungsi yeast cell wall diantaranya adalah:

 

  • Memperbaiki struktur mikroflora usus/pencernaan 
  • Mengikat pathogen yang merugikan di saluran pencernaan 
  • Meningkatkan kesehatan pencernaan dan kekebalan tubuh/anti-stress
  • Meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan nutrisi
  • Menjaga pH rumen tetap stabil
  • Membantu penyerapan racun (netralisasi toxin) pada pakan seperti; Aflatoksin, Zearalenone, T-2 dll.

 

Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia batas maksimal kadar aflatoxin berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3929-2006) pada ransum pakan ayam petelur/layer batas maksimal adalah 50 ppb untuk layer starter dan layer grower , dan 60 ppb pada masa layer. Pada pakan puyuh batas maksimalnya 40 ppb, dan 20 ppb pada itik. Sedangkan pada ransum konsentrate sapi perah dan sapi potong maksimal 200 ppb (ppb : mcg/kg)


Sebagai penutup tulisan ini dapat disimpulkan bahawa penggunaan “Toxibreak” yang berbasis Silicat oksida  dan Aluminium oksida, Propionic acid, Yeast cell wall ini dapat meningkatkan produktivitas ternak serta menurunkan gangguan pencemaran yang ditimbulkan hasil kegiatan peternakan, seperti halnya ammonia, bau kotoran, wet dropping dan lain lain. Selain itu hingga saat ini belum ditemukan akibat negatif penggunan zeolite.

 

Perlu diketahui... faktor pakan adalah 90% berperan dan berpengaruh terhadap kesehatan dan performance ayam, sekaligus biaya operasional tertinggi dalam produksi. Dan >50% ingredient pakan adalah jagung, sumber dari seluruh jenis toxin.